Mantan Juri Runding GAM dan kisah Mobil Rental

 



Kantor AJI Bireuen 5 Juli 2011.

Pada suatu sore sekitar awal juli 2011 saya bertandang ke kantor Aliansi Jurnalis Indenpenden (AJI) Bireuen,  berlokasi di seputaran Cot Gapu Bireuen, Saya(Zulkifli) dan  Ferizal Hasan wartawan Serambi Indonesia (saat itu) dan Ir Razuardi Ibrahim Kepala Bappeda Bireuen (2011).

Saat kami lagi asyik-asyiknya duduk diruangan diskusi kantor AJI Bireuen,  tiba-tiba kami dikejutkan dengan kedatangan Tgk Nurdin Abdurrahman ( Bupati Bireuen) yang saat  itu dia datang seorang diri tanpa pengawal dan ajudan. 

Beliau juga tidak mengenderai mobil dinas, tapi beliau hanya mengenderai sebuah sepeda motor roda 2, setelah memarkirkan sepeda motor di grasi kantor AJI, Tgk Nurdin langsung masuk lewat pintu samping rumah yang telah dijadikan sebuah kantor.

Assalammualaikum….?  semua kami tertengun sejenak dan masing-masing kami menjawab Waalaikumsalam  WR Wb……setelah itu beliau langsung masuk keruang tempat kami berdiskusi disebuah  ruang tempat kami berdiskusi yaitu ruang AJI Meeting.

Tgk bupatipun langsung ikut nimbrung souot sambot dengan kami tentang keinginan beliau untuk  jadi guru atau dosen, biar beliau bisa mentransfer ilmu kepada anak-anak bangsa tapi karena kesibukan beliau sebagai Bupati Bireuen, maka keingginan tersebut terpaksa beliau pending untuk sementara waktu.

Kalau memang sikon telah memungkinkan, beliau sangat berniat untuk bisa mengajar, tapi saat ini karena sikon  yang tidak mengizinkan, maka itulah jadi kendala yang paling besar bagi beliau untuk kembali bisa mengajar untuk mentransferkan ilmu beliau kepada anak-anak negeri, cerita Tgk Nurdin Abdurrahman, merupakan salah seorang juru runding antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintah Indonesia di Helsinki pada tahun 2005. 

Hampir lima belas menit  kami ber Empat berdiskusi tentang pendidikan , tiba-tiba terdengar suara gema azan dari mesjid sekitar kampong tersebut pertanda waktu untuk melaksanakan sholat magrib sudah tiba, kemudian kami langsung menghentikan pembicaraan dan kami berempat bergegas ke kamar mandi untuk mengambil wuduk, setelah   selesai mengambil wudhuk kami langsung keruang tengah kantor AJI tepatnya diruang tamu rumah yang telah di renovasi menjadi sebuah kantor.

Ruang tersebut  telah dijadikan sebagai tempat aula  anak-anak TK Tun Sri lanang belajar, sekedar rumah yang dijadikan TK Tun Sri Lanang, ada satu ruang  dijadikan sebagai  kantor AJI Bireuen , kami ber Empat melaksanakan shalat  magrib  di ruang tersebut.

Saat melaksanakan sholat magrib   saya, Bahrul (pengurus AJI)  dan Ferizal menjadi  makmun dan Tgk  Nurdin Abdurrahman menjadi Imam sholat magrib. 

Setelah kami melaksanakan sholat magrib,  dilanjutkan berdoa dalam hati masing-masing,  kemudian saya dan Ferizal menuju ketempat pertemuan semula, sedangkan Bahrul  tidak bergabung dengan kami lagi,  dia langsung masuk keruang komputer tempat sehari-hari dia bekerja sebagai seorang wartawan.

Bahrul minta izin pada kami untuk tidak ikut bergabung karena Bahrul harus menyelesaikan tugasnya mengirim berita ke Redaksi. 

Kami bertiga duduk kembali seperti semula dikursi masing-masing, diatas meja kami telah di hidangkan setengah gelas kopi alias kopi pancong oleh Sekretaris AJI Bireuen Desi Safnita.

Disaat kami lagi asyik-asyiknya ngobrol tiba-tiba Tgk  Nurdin Abdurrahman berbicara kepada kami dengan  nada bertanya " Dimana ada mobil Rental", Saya lagi mencari sebuah mobil rental untuk adik saya yang akan  pulang dari Australia, ucap Tgk Nurdin yang lama menetap di Australia sebagai penerima suka politik.

Mendengar kalimat tersebut, saya langsung tercengang mendengar pertanyaan Tgk Nurdin, disaat itu pula mata kami saling menatap,  karena  saya dan Feri  masih bingung dengan pertanyaan tersebut.

Saya seakan-akan tidak percaya dengan pertanyaan tersebut, karena menurut saya pertayaannya  terasa aneh keluar dari mulut  seorang Bupati sekelas Kabupaten Bireuen.

Bupati perlu mobil rental hanya untuk menjemput adiknya yang pulang dari Australia, setelah Tgk Nurdin  berbicara dengan kami tentang masalah mobil rental, otak kecil saya langsung berlari-lari kecil memutar diseputaran otak kanan dan otak kiri.

Otak saya berpikir apakah benar yang di omongin oleh Tgk Nurdin tadi atau hanya sebagai seloro saja biar diskusi kami tidak terlalu tegang.

Disaat perputaran otak lagi berjalan,  dalam hati kecil saya lagsung teringat suatu kisah yang pernah dicerita Tgk sumubeut saya di masa saya masih anak-anak, tentang kisah tentang seorang sahabat nabi  Umar Bin Khatab dengan lilin negaranya.

Dari cerita Tgk Nurdin yang merupakan seorang warga masyarakat yang sedang diberi amanah oleh rakyatnya memimpin sebuah negeri  kabupaten Bireuen,  tapi beliau memanfaatkan jabatan tersebut untuk kepentingan pribadi dan keluarganya.

Disaat Tgk Nurdin sang Bupati  membutuhkan sebuah alat transportasi mobil untuk menjemput  adiknya, beliau rela untuk  mencari mobil rental.

Otak saya semakin kencang berputar untuk memikirkan,  kenapa Tgk Nurdin  tidak meminta bantu saja pada bawahannya yang rata-rata hampir semua punya mobil dinas bahkan mobil pribadipun ada.

Atau kenapa Tgk Nurdin tidak menelepon saja bagian umum kantor setdakab atau kepala Dinas dan camat yang menjadi bawahannya. 

Padahal Tgk Nurdin tinggal menelepon saja bawahannya, Tapi kenapa beliau tidak melakukan hal tersebut untuk meminjamkan mobilnya untuk membantu  keperluan penjemputan adiknya di Bandara Malikul Saleh Lhokseumawe yang hanya membutuhkan waktu 45 menit perjalanan.

Tapi hal tersebut tidak dilakukan oleh Tgk Nurdin,  saya jadi bingung sendiri untuk menjawab karena memang itu sulit untuk saya jawab ,  pengalaman tersebut sangat jarang terjadi pada seorang pemimpin setingkat Bupati Bireuen.

Disela-sela diskusi saya sempat berbisik  pada teman  diskusi saya Ferizal,  tapi dia lebih bingung lagi dengan pertanyaan saya.  Saat belum ada jawaban Otak tengah saya juga terus berputar-putar, apa maksud pertanyaan Tgk Nurdin tentang “Mobil rental”.

Apakah pertanyaan Tgk Nurdin benar-benar  serius atau  mungkin Tgk Nurdin hanya  ingin menunjukkan bahwa beliau benar-benar ingin membuktikan kepada kami bahwa sikap beliau benar-benar jujur dalam menjalankan tugas negara atau beliau ingin memancing kami.

Karena dari  kami bertiga terdapat salah seorang pejabat penting pemerintahan Bireuen yaitu bapak Razuardi yang merupakan kepala Bappeda Bireuen pada masa Tgk Nurdin sebagai Bupati.

Tapi raut wajah beliau berbicara, saya melihat hal itu tidak ada tendensi apapun,  penilaian saya beliau benar-benar ikhlas dan jujur dalam pembicaraaan tersebut, dari pembicaraan tersebut terIlhami dalam benak pikiran saya  tentang keinginan Tgk Nurdin Abdurrahman yang ingin mencari mobil rental untuk keperluan menjemput salah seorang keluarganya. 

Keinginan dan perbuatan Tgk Nurdin Abdurrahman tersebut sangat mirip  dengan kisah sahabat nabi yang tidak memanfaatkan fasilitas negara untuk keperluan dan kepentingan pribadi, seperti kisah sahabat nabi  khalifah Umar bin Khattab.

Dimana kisah sahabat nabi, pada suatu malam khalifah Umar bin khattab   rela duduk dengan keluarganya   hanya dengan diterangi oleh lilin karena beliau tidak menghidupkan listrik karena kegiatan musyawarah yang beliau laksanakan di malam itu adalah untuk kaeperluan keluarga  bukan untuk keperluan dan kepentingan rakyat.

Inilah sekelumit pengalaman diskusi saya dan teman-teman di kantor AJI Bireuen pada tanggal 5 Juli 2011, Tepat   pukul 20.15 wib  hujan lokalpun  turun dengan lebat membasahi seputaran Bireuen.

Saya juga minta izin untuk pulang ke Matang, masalah mencari Mobil rental akhirnya ditangani oleh teman Ferizal Hasan, Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, pikiran saya terus menerawang tentang Mobil rental dan  saya juga berpikir inilah pemimpin awai dan pemimpin Jinou.

Penulis sendiri kenal dekat dengan beliau saat beliau mengabdikan  diri sebagai Dosen di Universitas Almuslim dan sebelum meninggal duni beliau  menjabat sebagai kepala Kantor Urusan Internasional (KUI) Universitas Almuslim.

Sebelumnya  beliau dosen di Fkip Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, saat menjadi pengajar di kampus jantong rakyat Aceh itulah beliau terlibat dalam Gerakan yang dipimpin Tgk Hasan Tiro.

Karena keterlibatannya dalam gerakan yang menjadi incaran pihak keamanan Pemerintah Indonesia saat itu, maka beliau harus mengasingkan diri ke luar Negeri dan memilih negara  Australia sebagai tempat menetap selama terlibat dalam gerakan tersebut.

Penulis sendiri pernah menginap satu kamar selama satu minggu dengan beliau pada sebuah hotel di kota Sydney Australia, saat rombongan Universitas Almuslim melakukan muhibah seni mewakili Indonesia ke negera kangguru Australia pada tahun 2014.

Selama  penulis kenal Tgk Nurdin Abdurrahman, dimata penulis Tgk Nurdin seorang yang taat agama,  sosok yang  sederhana dan disiplin, beliau orangnya juga pemberani kalau memang ada hal yang salah atau tidak sesuai, beliau langsung membantahnya.

Saat di Austarlia beliau juga pernah bercerita kepada penulis tentang kilas balik perjalanan lahirnya MoU Helsinki,  artikel tersebut nanti akan penulis rangkum dalam artikel terpisah. 

Tgk Nurdin Abdurrahman telah  meninggal dunia pada Senin (8/6/2020),  dalam usianya 72 tahun, selamat jalan pimpinan, guru dan urueng chik kami, kita doakan semoga Husnul Khatimah. Amiin YRA.